Candi Laras adalah candi berukuran
kecil yang terdapat di Kecamatan Candi Laras Selatan, Tapin, Kalimantan Selatan
sekitar 30 kilo meter dari Kota Rantau yang dinamakan oleh penduduk dengan
sebutan Tanah Tinggi. .Lokasinya pun terletak di sebuah pematang yang
dikelilingi persawahan warga sekitar. Letak candi ini tidak berada pada lokasi
yang strategi dan diperkirakan merupakan candi kenegaraan dengan maksud-maksud
tertentu.
Candi Laras |
Candi Laras |
Secara fisik, bangunannya berupa
sumur tua dan terdapat beberapa batang kayu ulin besar yang berumur ratusan
tahun yang tertanam tidak jauh dari sumur tersebut. Selain itu, ada dua buah
batu besar yang oleh warga sekitar disebut Batu Babi.
Pada situs candi ini ditemukan
potongan-potongan arca Batara Guru yang sedang memegang cupu, lembu Nandini dan
Lingga, yang semuanya disimpan di Museum Lambung Mangkurat, Banjarbaru.
Dalam kawasan yang berdekatan dengan
Candi Laras, di daerah Sungai Amas terdapat arca Budha Dipankara dan batu yang
bertuliskan "siddha" dengan aksara Pallawa, atau lebih lengkapnya
"jaya siddha yatra" yang artinya "perjalanan ziarah yang
mendapat berkat". Berdasarkan penemuan benda arkeologi, situs ini dari
abad ke-8 atau ke-9. Situs purbakala Candi Laras ini diperkirakan dibangun pada
1300 Masehi oleh Jimutawahana, keturunan Dapunta Hyang dari kerajaan Sriwijaya.
Jimutawahana inilah yang diperkirakan sebagai nenek moyang warga Tapin.
Kalau dilihat dari
tahun berdirinya, sebenarnya Candi Laras lebih tua dari candi serupa yang ada
di Amuntai yakni Candi Agung yang didirikan pada saat pemerintahan kerajaan
Negara Dipa, 1350 Masehi.
Namun dari aspek
pengelolaan aset sejarah, Candi Agung memiliki daya pesona yang menarik
wisatawan ketimbang Candi Laras. Laiknya sebuah ladang yang tidak memiliki
nilai historis, sehingga terlalu tendensius ketika situs purbakala Candi Laras
ini dikatakan sebagai salah satu objek wisata sejarah di Kabupaten Tapin.
Untuk bisa sampai ke
lokasi situs purbakala ini saja, pengunjung harus menggunakan sampan yang oleh
warga sekitar disebut jukung atau dengan Kelotok. Sebab, tidak adanya
jalan darat yang menghubungkan lokasi Candi Laras dengan desa sekitarnya. Meski
sebenarnya, jarak antara situs purbakala ini dengan desa sekitar relatif dekat
hanya sekitar satu kilometer.