Kamis, 23 Mei 2019

Melawan Lupa !! Mengenang Jum’at Kelabu Banjarmasin 23 Mei 1997

Sebagian dari kalian mungkin masih ingat kejadian kerusuhan di Jakarta pada tahun 1998?

Kerusuhan yang terjadi saat Rakyat berusaha menggulingkan presiden yang dianggap rezim Orde Baru kala itu yakni Presiden Soeharto. Dimana pada kerusuhan itu terjadi perusakan, pemerkosaan, penjarahan, dan lain sebagainya.

Banjarmasin sudah mengalami hal serupa lebih dulu, tepatnya 23 Mei 1997, dimana dikenal sebagai peristiwa “Kerusuhan Banjarmasin” atau “Jumat Kelabu”.

Jum’at pagi tanggal 23 Mei 1997 itu suasana di kota Banjarmasin masih seperti hari-hari sebelumnya.
Warga beraktifitas seperti biasa, seolah-olah memang tidak akan terjadi apa-apa.
Namun siapa sangka, siang itu pusat kota Banjarmasin akan berubah menjadi neraka.
Hari itu memang akan ada hajatan besar di pusat kota menjelang pemilu 1997, dan partai yang mendapat giliran berkampanye pada siang itu adalah partai Golkar.

Awal peristiwa ini terjadi saat hari dimana menyusul kampanye Golkar pada hari terakhir putaran kampanye PPP menjelang pemilu 1997. Mulai sekitar pukul 09.00 WITA, kegiatan kampanye sudah semarak, warna kuning ada di mana-mana. Golkar membagi-bagikan saputangan bergambar beringin dan bekal nasi bungkus, masing-masing berjumlah 10 ribu buah. Sasaran kampanye ini ialah para buruh, tukang becak, tukang ojek. Pada sekitar pukul 11.00 WITA kampanye membagi-bagi nasi bungkus dan sapu tangan usai dengan tenang.

Kampanye dipusatkan di lapangan kamboja yang akan diramaikan dengan hiburan rakyat dan artis ibu kota.

Golkar kala itu masih menjadi kekuatan terbesar di antara 2 kontestan pemilu lainnya yakni Partai Persatuan Pembangunan (PPP) dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) yang didukung penuh oleh rezim orde baru, Golkar memang kerap mengerahkan komponen penting pemerintahan untuk mendukung aksi kampanye.

Tak ada yang mengira, petaka segera tiba saat raungan sepeda motor yang bersahut-sahutan di pusat kota siang itu, anak-anak muda yang hendak meramaikan kampanye Golkar itu tampaknya gagal paham, mereka berulah pada waktu yang salah.

Sekitar pukul 12.30 WITA, umat Islam menjalankan ibadah shalat Jumat. Sewaktu ibadah berlangsung, sebagian massa kampanye Golkar, yang umumnya terdiri dari anak-anak muda dan remaja, masih berkampanye. Mereka berputar-putar keliling kota dengan menaiki sepeda motor, dan suara raungan mesin motor yang knalpotnya dilepas itu dirasakan sangat mengusik ketenangan mereka yang sedang bersembahyang.

Menurut sumber dari Tim Lembaga Bantuan Hukum Nusantara (LBHN) cabang Banjarmasin yang melakukan investigasi ke lapangan, puncaknya ketika arak-arakan sepeda motor tersebut melewati Masjid Noor di Jalan Pangeran Samudera yang letaknya di daerah basis PPP, jamaah shalat Jum'at yang luber sampai ke jalan itu masih sedang berdoa.

Aparat keamanan sebenarnya sudah melarang massa kampanye Golkar melewati Masjid Noor. Namun Satgas Golkar bersikeras untuk melewati jalan itu. Alasan mereka, shalat Jumatnya tinggal membaca doa dan hamper selesai. Kemarahan jamaah pun tak terelakkan dan dengan cepat menyebar seusai sembahyang Jumat dan sampai ke telinga penduduk di berbagai sudut Banjarmasin lainnya.

Selepas ibadah shalat Jum’at, massa berdatangan dari segala penjuru. Sasaran pertama yang dituju adalah kantor DPD Golkar Kalimantan Selatan. Massa pun lalu terlibat bentrok dengan Satgas Golkar dari Pemuda Pancasila dan Forum Komunikasi Putra Putri Purnawirawan Indonesia (FKPPI) yang beranggotakan anak-anak dari keluarga militer.

Jumlah Massa jauh lebih besar dan semakin banyak dibandingkan dengan Satgas Golkar.
Sejak jam 2 siang, tepat di depan kantor Banjarmasin Post, dari arah timur ribuan massa menyerbu dengan membawa senjata aneka macam. Mereka berlari-lari ke arah lapangan Kamboja, tempat kampanye Golkar akan dilangsungkan. Di sepanjang jalan, semua bendera, spanduk, umbul-umbul Golkar diturunkan dan dibakari. Di sana, mereka bergabung dengan massa penyerbu yang mula-mula muncul di pinggir lapangan. Panggung kampanye pun diserbu dan dirobohkan. Kaum penyerbu bertarung dengan dua puluh ribu massa Golkar yang sedang berkumpul di sana. Para petugas keamanan tidak mampu mengendalikan pertarungan dengan kekerasan tersebut. Sebuah rumah ibadah yakni Gereja HKBP yang terletak di dekat kantor Banjarmasin Post mulai terbakar. Mobil pemadam kebakaran yang berusaha mencegah menjalarnya api ke gedung Banjarmasin Post terpaksa pergi karena petugasnya dikalungi celurit oleh massa. Namun beruntung api tidak melalap kantor Banjarmasin Post.

Situasi kian genting, massa yang hampir seluruhnya membawa senjata tajam bergerak ke pusat kota dan menghancurkan apa saja yang mereka temui. Gedung, rumah, mobil dan berbagai fasilitas umum lainnya tak luput dari amukan massa yang sudah terlanjur kalap. Tak hanya benda-benda mati saja yang dihancurkan, bentrok fisik antara saudara sebangsa pun sulit dihindari.

Ibarat medan perang, korban jiwa pun berjatuhan, baik mereka yang memang terlibat pertikaian sejak awal, maupun warga sipil yang tidak tahu menahu akar permasalahannya.

Sebagian massa menyerbu Hotel Istana Barito. Di sana, mereka berhadapan dengan ribuan massa Golkar yang berkumpul di depan hotel, sedang bersiap-siap untuk kampanye sore itu. Dari arah barat, tiba-tiba muncul ribuan massa lain, sebagian mengenakan kaos hijau dan atribut PPP. Dengan senjata tajam dan benda lainnya, mereka menyerbu massa di depan hotel. Mobil-mobil yang kebetulan ada di sana hancur luluh lantak, kaca-kaca hotel pecah dilempari batu.

Mulai pukul 15.00 WITA, listrik padam, menambah suasana mencekam. Kerusuhan meningkat. Sebagian besar tamu Hotel Istana Barito masih berada di dalam kamar mereka dalam kegelapan. Tiba-tiba satpam hotel menggedori pintu-pintu kamar dan berteriak, kebakaran!

Para tamu pun berhamburan ke luar, menyelamatkan diri masing-masing. Dengan cepat, kerusuhan menjalar ke mana-mana. Massa terus melakukan pengrusakan, sambil meneriakkan yel-yel partai kebanggaan mereka. Dan beberapa orang ada juga yang mengenakan atribut PDI. Suasana semakin kalut. Massa merusak dan membakar mobil-mobil pribadi yang ditemui di jalan raya mana saja dan menjarah isinya. Sebuah mobil meledak, setelah dibakar di jalanan. Di depan Plaza Mitra, beberapa mobil segera bergelimpangan, sebagian terbakar. Bahkan para wanita pun harus rela naik sepeda motor dengan hanya mengenakan BH di bagian atas, karena kaos Golkarnya dirampas massa. Di jalanan, batu-batu berserakan, pecahan kaca bertebaran di mana-mana.

Di dalam kompleks Plaza Mitra, dengan persetujuan dari manajemen di Jakarta, pimpinan TB Gramedia memutuskan untuk menutup toko dan karyawan diminta segera meninggalkan lokasi kerja. Semua pulang, dengan catatan tidak memakai atribut Partai mana pun. Di depan Plaza Mitra, petugas mulai menutup jalanan dan membuat pagar betis untuk melindungi kompleks pertokoan itu. Tetapi, ribuan massa tidak terbendung. Mereka merangsek ke depan, memecah pagar betis petugas, memecahkan kaca-kaca etalase, masuk ke dalam gedung, dan menjarah apa saja yang bisa diambil. Gas air mata yang disemprotkan petugas tidak mampu menahan mereka.

Hingga saat itu, Plaza Mitra baru dirusak, tetapi belum terbakar. Kemudian, sebuah sedan putih didorong dan ditabrakkan ke kaca etalase Toys Kids di lantai dasar, sebelum akhirnya mobil itu dibakar. Api segera menyebar ke seluruh gedung. Setelah Plaza Mitra terbakar, gedung-gedung lain segera menyusul. Malam itu, seluruh empat lantai gedung Plaza Mitra musnah terbakar. Sementara itu, kerusuhan tidak hanya menjangkau kawasan petokoan. Wilayah pemukiman penduduk pun mulai terkena. Kampung Kertak Baru Ulu, khususnya RT 10 yang dihuni 30 Kepala Keluarga mulai dilalap api sejak pukul 16.35 Wita. Kawasan pemukiman ini berlokasi di belakang Jalan Pangeran Samudera. Api mula-mula berasal dari kelenteng (rumah ibadah) etnis Tionghoa, yang segera menjalar ke rumah-rumah yang terletak di belakangnya. Api bahkan menjalar ke asrama POM ABRI yang hanya terpisah oleh sungai selebar 3 meter dari Kertak Baru Ulu.

Sementara di tempat lain yakni di Jalan Veteran dan Jalan Lambung Mangkurat, pada waktu yang sama, sebanyak enam gereja dan satu tempat ibadat Konghucu ikut dihancurkan. Rumah-rumah WNI keturunan China juga ikut dilempari batu. Bahkan ada keluarga yang akan menyelamatkan diri, setelah mobil penjemput datang, mobil tersebut dihancurkan kacanya dan pemiliknya Terpaksa lari menjauh dari situ.

Sekitar pukul 17.00 Wita, massa bergerak kembali ke arah DPD I Golkar. Tapi tidak langsung ke sana. Mereka mampir kembali di Jujung Buih Plaza. Genset Jujung Buih Plaza dibakar dan gedung 8 lantai tersebut akhirnya terbakar. Di sebuah hotel di gedung itu, Hotel Kalimantan, banyak artis yang mengikuti kampanye menginap, termasuk juru kameranya. Di hotel tersebut juga menginap Ketua Umum MUI Pusat KH Hasan Basri yang ikut rombongan kampanye. Disitu juga ada Gubernur Kalimantan Selatan dan Muspida. Tapi akhirnya mereka dapat diselamatkan. Namun tidak diketahui apakah di sana juga jatuh korban. Yang jelas, saat dilakukan penyelamatan banyak yang jatuh pingsan. Gubernur Kalsel yang menjabat kala itu yakni Gusti Hasan Aman sendiri merasa sangat kaget dan seolah tidak percaya melihat ulah massa yang begitu brutal.

Mulai sekitar pukul 18.00, bagian belakang gedung Anjung Surung mulai mengepulkan asap. Api membakar habis apotik Kasio yang terletak di belakang gedung ini. Barisan Pemadam Kebakaran tidak berdaya, karena massa mencegah dan mengancam mereka supaya tidak memadamkan api.
Namun secara ajaib, ketika seluruh api menelan gedung-gedung di sekitarnya, gedung Anjung Surung justru selamat dari amukan si jago merah.

Petugas UGD RS Islam menyebutkan, hingga pukul 17.30 rumah sakit tersebut merawat 12 orang korban. Delapan di antaranya menderita luka bacok, empat sisanya akibat kecelakaan lalu lintas. Sementara RS Ulin menyebutkan, sedikitnya mereka merawat 20 orang pasien, termasuk Didik Triomarsidi, juru foto Banjarmasin Post. Didik dianiaya massa ketika meliput penghancuran gedung markas DPD Golkar.

Massa terus mengamuk dan mengobrak-abrik isi gedung. Pada saat itu tersiar khabar bahwa pasukan keamanan diperbolehkan untuk menangkap dan menembak di tempat. Tapi pasukan keamanan tidak melakukan apa-apa. Akhirnya, massa yang lengkap dengan berbagai senjata tajam itu terus mengamuk. Pukul 22.00 Wita, 1000 orang pasukan bantuan datang dengan tiga pesawat hercules. Menurut laporan LBHN Banjarmasin itu, tidak diketahui dari mana mereka didatangkan. Pasukan kemudian bergerak mendekati Gedung Mitra Plaza. Mereka menghalau massa yang masih ada di gedung itu. Senjata menyalak. Namun pihak LBHN Banjarmasin tidak memperoleh informasi berapa korban yang jatuh di sana.

Saat itu, orang-orang dari berbagai kampungpun mulai gelisah dan mulai melakukan pengamanan masing-masing. Mereka semua keluar rumah, menjaga setiap gang dan jalan-jalan masuk. Lengkap dengan senjata tajam, berupa mandau, samurai, dan clurit. Penjagaan dilakukan semalam suntuk, karena mereka mendengar isyu yang mengatakan bahwa Golkar akan mengadakan serangan balasan.
Pada malam harinya, jumlah gerombolan massa menyusut. Listrik masih padam dan seluruh kota dalam keadaan tetap gelap gulita, hanya diterangi kobaran api di mana-mana. Beberapa tempat diblokade petugas keamanan, namun gerombolan massa masih berkerumun di beberapa tempat. Mereka memasuki kawasan pemukiman, menyerang dengan clurit, klewang, Mandau, samurai, dan berbagai senjata lain. Beberapa rumah, kantor dan warung yang berdekatan dengan Banjarmasin Post masih menyala terbakar. Benar-benar mirip lautan api. Laporan awal menyebut, secara keseluruhan ratusan rumah dan toko hancur, sebuah gereja Katolik, sebuah bank, dan sebuah hotel ikut hancur. Sekitar 80 orang diberitakan luka-luka dan 50 orang ditahan.

Kemudian, sekitar pukul 23.00 Wita, massa menuju ke arah luar kota. Sasarannya adalah rumah-rumah calon legislatif Golkar. Karena terbetik khabar massa membawa formulir berisi Daftar Calon Tetap (DCT) Golkar. Ada empat rumah yang dibakar walau belum jelas apakah itu rumah caleg Golkar atau bukan. Juga menjadi sasaran adalah toko-toko Cina sepanjangan jalan, ikut dihancurkan dengan lemparan batu. Hampir semua toko di sepanjang Jalan A. Yani rusak berat dan api membumbung tinggi. Saat itu pasukan pun tidak lagi diam. Mereka mulai mengejar-ngejar massa.

Yang sangat tragis, sekitar pukul 24.00 Wita, seorang warga yang keluar rumah untuk melihat keadaan kelihatan tergeletak tertembak peluru. Meski begitu, masih menurut laporan Tim LBHN Banjarmasin, suasana di jalan-jalan masih ramai. Banyak orang yang sudah terlanjur keluar sulit pulang lagi ke rumahnya masing-masing. Karena jalan-jalan sudah diblokir oleh orang-orang kampung. Yang bukan warganya tidak diperbolehkan masuk dan melewati jalan tersebut.
Tragedi ini berlangsung hingga dini hari, insiden ini tidak hanya mempertarungkan dua kubu yang semula berseteru, yakni simpatisan serta Satga Golkar melawan massa ditambah tindakan represif dari aparat keamanan, tapi kemudian melebar hingga melibatkan banyak pihak lain.

Bermula dari kampanye politik, kerusuhan di Banjarmasin berkembang menjadi lebih besar.
Kerukunan beragama dan bermasyarakat yang awalnya sangat damai dan terjaga menjadi rusak karena konflik ini. Sebagai contoh ikut terlibatnya warga pendatang dari Maluku dengan warga pendatang lainnya dari Sulawesi Selatan (Bugis, Buton, dan Makassar), mereka yang semula hidup berdampingan tiba-tiba berubah menjadi musuh tanpa tahu kenapa mereka bermusuhan.

Hingga keesokan harinya, sabtu pagi, api masih menyala di kompleks Plaza Mitra. Seluruh lantai gedung tersebut masih belum bisa dimasuki. Tetapi bau sangit dan busuk menyengat hingga ke luar ruangan. Regu penyelamat belum bisa bertindak apa-apa karena gedung masih diselimuti api dan asap. Evakuasi baru bisa dilakukan sore hari ketika sebagian api sudah padama. Kapolda Kalsel memberikan laporan kepada Kapolri mengenai kemungkinan terdapatnya sejumlah mayat yang terbakar hangus di dalam kompleks pertokoan. Para pejabat daru Jakarta yang sedianya berkampanye, diterbangkan kembali dari Banjarmasin. Mereka termasuk Mensekkab Saadilah Mursyid dan KH Hasan Basri. Pangdan Tanjungpura Mayjen Namoeri Anoem mengumumkan berlakunya jalan malam di Banjarmasin, mulai pukul 8 malam hingga 5 pagi, selama lima hari massa cooling off kampanye, 24-29 Mei 1997.

Inilah tragedi paling menyedihkan dalam sejarah Kalimantan Selatan.
Sekarang sudah 22th kejadian kelabu itu berlalu, sudah cukup kejadian itu terjadi di kota seribu sungai ini, cukup sekali dan tidak perlu ada lagi. Bahkan jangan sampai kejadian ini terulang lagi di Republik Indonesia ini.

Mari sejenak kita menundukkan kepala, berdo’a agar para saudara kita yang hilang dan meninggal dunia pada kerusuhan 23 Mei 1997, diterima disisi Allah Swt. Amin ya robbal ‘alamin

Sumber :

http://sidikprst.blogspot.com/2013/05/sejarah-jumat-kelabu-23-mei-1997-di.html
Flag Counter