Orang-orang di Bali menyebut kuyang dengan sebutan leak dan orang-orang di Sumatera menyebutnya palasik.
Kuyang sebagai makhluk penjadian _dan tampaknya hanya perempuan_ juga dikenal secara luas oleh masyarakat Thailand. Dalam masyarakat Suku Dayak Benuaq ada sebuah tarian Belian yang dinamakan dengan 'Tarian Kuyang', yakni sebuah tarian yang ditujukan untuk mengusir hantu-hantu penjaga pohon-pohon yang besar dan tinggi agar tidak mengganggu manusia atau orang yang akan menebang pohon tersebut.
Kuyang adalah manusia hantu yang suka mengisap darah bekas seorang ibu melahirkan atau pula darah bayi yang baru dilahirkannya. Kuyang biasanya terbang dengan kepala dan isi perutnya pada malam hari untuk mencari mangsanya dan untuk mengelabui mangsanya, sewaktu-waktu ia bisa berubah menjadi seekor burung malam atau kucing. Kuyang juga memiliki dua gigi taring di kiri dan kanan mulutnya.
Kuyang adalah hantu perempuan yang pada dasarnya adalah manusia biasa, akan tetapi karena sebab atau ilmu tertentu ia kemudian berubah wujud menjadi hantu dan pada waktu-waktu tertentu terbang untuk mencari makan, yakni darah atau orok (bayi) yang baru dilahirkan. Orang Banjar percaya (sebagaimana juga orang Thailand dan Sumatera), bahwa dengan minyak tertentu _biasa disebut dengan istilah minyak kuyang_ yang digosokkan pada bagian sekeliling leher, seorang perempuan bisa berubah menjadi kuyang. Konon tujuannya menjadi kuyang adalah untuk awet muda dan keabadian hidup (panjang umur), karena meminum darah segar bayi.
Kuyang berbeda dengan makhluk sejenis, vampir (China) atau drakula (Barat) misalnya, yang juga mengisap darah manusia umumnya. Sebab, kuyang adalah seorang perempuan dan hanya mengisap darah bekas perempuan yang baru melahirkan atau darah bayi yang ada dalam kandungan (sehingga seperti keguguran) atau yang baru dilahirkan. Dan, untuk menandai mangsanya, kuyang biasanya mendatangi seorang perempuan yang sedang hamil besar dan mengusap perutnya. Sedangkan vampir dan drakula bisa laki-laki atau perempuan dan berasal dari manusia yang sudah mati, namun karena sebab tertentu mereka hidup atau dihidupkan kembali, sehingga untuk menopang kembalinya kehidupan tersebut, mereka harus makan atau meminum darah. Adapun k
uyang berasal dari manusia hidup yang kemudian berubah menjadi makhluk penghisap darah.
Tidak semua kuyang disebabkan oleh minyak. Di Sumatera, kuyang atau palasik ada yang disebabkan karena memang keturunan (ilmu turunan) yang diwarisi oleh seseorang dari nenek moyangnya secara turun-temurun, oleh sebab itu, yang bersangkutan sendiri terkadang tidak menyadari dan tidak bisa menghindari bahwa dia adalah seorang palasik. Palasik dicirikan sebagai seorang perempuan yang tidak memiliki parit (belahan tengah) di atas bibirnya.
Sedangkan di Bali, kuyang atau leak lebih dipahami sebagai sebuah ilmu magis yang terbagi dua, leak yang beraliran ilmu hitam dan leak yang beraliran ilmu putih. Tujuan leak sebenarnya adalah untuk pertahanan, karena itu Leak di Bali ada laki-laki dan ada pula perempuan. Masing-Masing mereka yang berilmu leak memiliki tingkatan-tingkatan yang berbeda. Di antaranya, dalam leak beraliran ilmu hitam ada tingkatan yang di sebut Calon Arang. Tandingannya adalah tingkat Mpu Baradah dalam aliran leak putih. Tingkat tertinggi ilmu di leak aliran putih adalah tingkat Garuda Emas.
Orang Banjar sendiri mencirikan kuyang sebagai seorang perempuan berambut panjang yang jika berjalan siang hari selalu menutupi bekas guratan dilehernya atau menutupi bagian kepalanya dengan kain, supaya tidak kepanasan terkena sengatan matahari.
Orang Banjar meyakini bahwa kuyang adalah makhluk jadian yang takut dengan bawang merah, terlebih-lebih dengan bawang merah tunggal. Sedangkan jika vampir atau drakula takut dengan bawang putih. Kuyang takut dengan cermin, sisir, pisau, rumput jariangau, dan Yaasin. Itulah sebabnya, menjadi tradisi dalam masyarakat Banjar untuk meletakkan benda-benda tersebut didekat seorang perempuan yang baru melahirkan dan atau bayi yang baru dilahirkannya, agar terhindar dari gangguan kuyang. Bahkan, ketika bayi yang mereka lahirkan tersebut memasuki masa diayun atau dipukung, biasanya ditali ayunan juga diikatkan Yaasin.